Dilansir Softpedia,
Senin (26/11/2012), sebelum gencatan senjata ini dilakukan, para hacker
dari kedua kubu telah meluncurkan sejumlah serangan cyber. Hacker pro
Palestina telah membobol beberapa situs sebagai bagian dari perlawanan terhadap OpIsrael, termasuk situs Microsoft.
Hacker ini juga telah membocorkan
rincian data dari ribuan penduduk Israel. Selain itu, mereka juga
memanfaatkan beberapa alamat email untuk mengirimkan ancaman pada
pejabat negara.
Di sisi lain, Israel mengakui bahwa
puluhan juta cyberattacks (serangan cyber) diluncurkan untuk melumpuhkan
sistem pemerintah. Namun, mereka mengklaim bahwa tak satupun dari
serangan tersebut yang berhasil membobol sistem pemerintah.
Tak berselang lama usai pernyataan Israel tersebut, hacker ZCompany Hacking Crew (ZHC) berhasil memperoleh akses ke sejumlah rekening online yang dimiliki Wakil Perdana Menteri Israel Silvan Shalom.
Akibat aksi bajak yang dilakukan para hacker ini, akun YouTube, Facebook,
Twitter, LinkedIn dan Blogger milik Silvan Shalom dipenuhi dengan
dukungan terhadap perjuangan Palestina. Tak berhenti sampai disitu,
hacker juga membocorkan beberapa email dari para pejabat Gmail.
Setelah perjanjian gencatan senjata,
Anonymous mendesak para Hacktivists untuk menghentikan serangan. Mereka
beralasan bahwa penghentian serangan ini penting dilakukan agar tidak
mengganggu perdamaian.
Sementara itu, hacker pro Israel juga pernah mengganggu sejumlah situs milik Hamas dan membobol sistem Palnet, yakni salah satu Internet service provider (ISP) terbesar di Palestina.
Hacker lainnya juga mengaku telah
membocorkan akun dari 1 juta pengguna di Amerika. Ini dilakukan sebagai
respon atas serangan yang dilancarkan Anonymous Group.
Akan tetapi, banyak dari akun yang
diretas itu bukan milik warga Amerika. Sebaliknya, data-data pribadi
tersebut justru didaftarkan dari Spanyol, Belanda, Polandia, Prancis,
Jepang, bahkan ada beberapa di antaranya yang berasal dari Israel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar